Jumat, 18 Januari 2013

Karya sastra tanpa makna

Hei kawan,

Aku masih menerka nerka kelanjutan kisah mereka. Apakah berhasil melabuhkan perahu di pulau kebahagiaan atau karam dalam lautan luka dalam?

Atau mungkin masih terombang ambing di lautan penuh harapan. Masih berharap semua kembali seperti semula. Kembali ke dermaga penuh cinta.

Aku memang tak paham benar tentang cinta. Aku bukan pula seorang ahli yang gamblang membicarakan cinta. Aku hanya seonggok daging bernyawa yang berakal dan berperasaan, yang sedang mencari makna cinta sebenarnya di dunia yang serba fana ini.

Bahkan mungkin di usia seperti ini, aku belum berhak membicarakan cinta. Tahu apa dia, begitulah orang orang memandang kami, para makhluk dengan tubuh semi anak anak, yang berharap diperlakukan seperti dewasa.

Entahlah, aku dibuat lelah oleh semuanya. Membicarakan cinta tak pernah ada habisnya. Semuanya sama, hanya pandangan yang membedakannya.

Kulihat di layar kaca banyak tayangan akan cinta yang dikarang oleh sineas agar membuat terpesona. Yang sesungguhnya tidaklah segamblang itu. Semuanya begitu rumit.

Di dunia nyata, para penjahat tak selalu menggunakan pakaian kelam, berkumis panjang, dan berwajah jahat. Mereka bisa saja seorang pangeran tampan. Di dunia nyata mereka ada, mereka beraga, namun tak tampak mata.

Dan para ksatria baik tak selalu putih tinggi, tak selalu menawan hati. Mereka bisa saja beruka licik, berdagu licin, dan bertampang pelit.

Semuanya sungguh membingungkan antara yang satu dengan yang lain.

Aku tak tahu.

Aku hanya butuh sebuah cahaya yang menerangi jalan kegelapan ini. Atau lebih baik lagi, seorang penuntun yang arif nan bijaksana membantuku kejalan yang lebih terang.

Dunia tanpa kehidupan fana.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar